Tujuan Pembelajaran Umum
Peserta
dapat memahami missi HMI dan hubungannya dengan status, sifat, asas, tujuan,
fungsi dan peran organisasi HMI secara intergral.
Tujuan Pembelajaran Khusus
1.
Peserta dapat menjelaskan fungsi dan peranannya
sebagai mahasiswa
2.
Peserta dapat menjelaskan tafsir tujuan HMI
3.
Peserta dapat menjelaskan hakikat fungsi dan
peran HMI
4.
Peserta dapat menjelaskan hubungan Status,
Sifat, Asas, Tujuan, Fungsi dan Peran HMI secara integral
Pokok
Bahasan/Sub Pokok Bahasan
1.
Makna HMI sebagai Organisasi Mahasiswa
1.1.
Pengertian Mahasiswa
1.2.
Mahasiswa sebagai inti Kekuatan Perubahan
1.3.
Dinamika Gerakan Mahasiswa
2.
Hakikat keberadaan HMI
2.1.
Makna HMI sebagai organisasi yang berasaskan
Islam
2.2.
Makna Independensi HMI
3.
Tujuan HMI
3.1.
Arti inssan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan Islam
3.2.
Arti masyarakat adil dan makmur yang diridhoi
Allah SWT
4.
Fungsi dan peran HMI
4.1.
Pengertian Fungsi HMI sebagai organisasi kader
4.2.
Pengertian peran HMI sebagai organisasi
perjuangan
4.3.
Totalitas fungsi dan peran sebagai perwujudan
dari tujuan HMI
5.
Hubungan antara Status, sifat,asas tujuan,
fungsi dan peran HMI secara Integral
Pengantar
Mission merupakan tugas dan tanggung jawab yang diemban, sehingga mission HMI dapat diartikan sebagai
tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh kader HMI. Sebagai organisasi kader
yang memiliki platform yang jelas,
sejak awal berdirinya HMI mempunyai komitmen asasi yang disebut dengan dua
komitmen asasi, yakni (1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan
mempertinggi derajat bangsa Indonesia, yang dikenal dengan komitmen kebangsaan,
dan (2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam, yang dikenal dengan wawasan
keislaman/keumatan.
Kesatuan dari kedua wawasan ini disebut dengan wawasan integralistik,
yakni cara pandang yang utuh melihat bangsa Indonesia terhadap tugas dan
tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai warga negara dan umat Islam
Indonesia. Penerjemahan komitmen HMI ini disesuaikan dengan konteks jaman,
sehingga HMI selalu aktual dan mampu tampil di garda terdepan dalam setiap
even.
Bila dicermati belakangan ini bisa dikatakan bahwa HMI mengalami
stagnasi, untuk tidak dikatakan degradasi. Hampir tidak ada gagasan cerdas yang
disumbangkan oleh HMI di tengah carut marut dan tunggang langgangnya tatanan
republik ini, dimana masalah disintegrasi perlu segera diatasi, masalah ekonomi
mendesak untuk segera diperbaiki, masalah supremasi hukum yang harus
ditegakkan, masalah pendidikan mendesak untuk diperhatikan, dan masalah-masalah
lain yang melingkari, seperti budaya, pertahanan keamanan, yang kesemuanya
membutuhkan penanganan secepatnya. Singkatnya, Indonesia sekarang sedang
diterma krisis multi dimensional. Di tengah kondisi ini, komitmen HMI tidak
lebih dari sebatas slogan tanpa jiwa.
Oleh sebab itu untuk mendongkrak kembali ghirah kader HMI dalam berperan serta untuk penyelesaian
problematika bangsa dan umat perlu adanya reaktualisasi mission HMI dalam jiwa
kader HMI melalui proses perkaderan yang selama ini perjalanannya tidak
lebih hanya sebagai proses pencapaian status dengan meninggalkan makna
sesungguhnya, yaitu sebagai proses pembentukan kader yang memiliki karakter,
nilai dan kemampuan, yang berusaha melakukan transformasi watak dan kepribadian
seorang muslim yang utuh (kaffah),
sehingga kader HMI memiliki keberpihakan yang jelas terhadap
kaum tertindas (mustad’afin) dan
melawan kaum penindas (mustakbirin).
HMI sebagai organisasi berbasis mahasiswa yang merupakan kaum
intelektual, generasi kritis, dan memiliki profesionalisme harus mampu menjadi
agen pembaharu di tengah masyarakat dan kehidupan bangsa. Karena mahasiswa
memiliki kekuatan yang luar biasa dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara,
maka seluruh gerak perubahan yang terjadi di bangsa ini dimotori oleh kelompok
mahasiswa dan pemuda, mulai dari proklamasi, revolusi, hingga reformasi, selalu
ada andil mahasiswa. Namun demikian arah perubahan harus sesuai dengan usaha
untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT sebagaimana
termaktub dalam penggalan tujuan HMI.
Dalam perjalanannaya, gerakan mahasiswa begitu dimanis, mengikuti
perkembangan jaman dan selalu eksis dalam setiap momen penting kebangsaan.
Kekonsistenan itu harus diiringi oleh pegangan yang teguh terhadap idealisme
dan menjaga sikap hanif sehingga kehadiran mahasiswa sebagai kaum intelektual
yang dalam tatanan sosial masyarakat mendapat tempat yang penting sebagai embun
penyejuk. Untuk itulah HMI sebagai organisasi mahasiswa harus mampu menetaskan
kader-kader yang berkualitas insan cita sebagaimana yang tersurat dalam tujuan
HMI “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD HMI).
HAKEKAT KEBERADAAN HMI
HMI sebagai Organisasi Mahasiswa (pasal 7 AD HMI)
Makna
HMI sebagai organisasi mahasiswa adalah organisasi yang menghimpun mahasiswa
yang menuntut ilmu pengetahuan di perguruan tinggi
(Universitas/Akademi/Institut/Sekolah Tinggi) atau yang sederajat, dan memilki
ciri-ciri kemahasiswaan. Adapun ciri-ciri kemahasiswaan tersebut adalah ilmiah,
kritis dan analitis, rasional, obyektif, serta sistematis.
HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam (pasal
3 AD HMI)
HMI
sebagai organisasi berasaskan Islam maksudnya adalah organisasi yang menghimpun
mahasiswa yang beragama Islam, dimana secara individu dan organisatoris
memiliki ciri-ciri keislaman, menjadikan Al-Qur’an dan As -Sunnah sebagai
sumber norma, sumber nilai, sumber inspirasi, dan sumber aspirasi dalam setiap
aktivitas dan dinamika organisasi.
HMI sebagai Organisasi yang Bersifat Independen (pasal
6 AD HMI)
HMI
yang bersifat independen adalah watak organisasi yang selalu tunduk dan berorientasi
pada kebenaran (hanif), sehingga kiprah setiap individu dan dinamika organisasi
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara mempunyai pola pikir, pola sikap,
dan pola tindak tidak terikat dan tidak mengikatkan diri secara organisatoris
dengan kepentingan atau organisasi mana pun, segala sesuatu tidak didasarkan
atas kehendak atau paksaan pihak lain.
Independensi
dilihat dari dua dimensi, yakni :
1)
Indepndensi Etis
Sikap dan watak HMI yang termanifestasikan secara individu dan
organisasi dalam dinamika berfikir, bersikap, dan bertindak, baik dalam
hubungan terhadap Sang Rab, ataupun hubungan terhadap sesama, sesuai dengan fitrah kemanusiaannya, yakni tunduk dan
patuh kepada kebenaran (hanif).
2)
Independensi Organisatoris
Sikap dan watak HMI yang teraktualisasikan secara organisatoris di dalam
kiprah dinamika intern organisasi maupun dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dalam keutuhan kehidupan nasional melakukan
partisipasi aktif, konstruktif secara konstitusional terhadap perjuangan bangsa
dan pencapaian cita-cita nasional, hanya komit kepada kebenaran, dan tidak tunduk
atau komit terhadap kepentingan atau organisasi tertentu.
Prinsip -prinsip independensi HMI dalam
implementasi dirumuskan sebagai berikut :
a)
Kader HMI terutama aktivitasnya dalam melakukan
tugas dan tanggung jawab organisasi harus tunduk pada ketentuan-ketentuan
organisasi dalam melaksanakan program-program organisasi, oleh karena itu tidak
diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan yang membawa organisasi atas kehendak
pihak luar manapun.
b)
Kader HMI terutama aktivitasnya tidak dibenarkan
mengadakan komitmen dalam bentuk apapun dengan pihak luar selain segala sesuatu
yang telah ditetapkan dan diputuskan secara organisatoris.
c)
Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif
berjuang meneruskan dan mengembangkan watak independensi etis dimanpun mereka
berada dan berfungsi sesuai dengan profesinya dalam rangka membawa hakekat misi
HMI, menganjurkan serta mendorong alumni HMI untuk menyalurkan aspirasinya
secara tepat melalui semua jalur pengabdian, baik jalur organisasi profesi,
instansi pemerintah, wadah aspirasi politik, dan jalur lainnya yang semata-mata
karena hak dan tanggung jawab dalam rangka merealisasikan kehidupan masyarakat
adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Aplikasi dan dinamika berfikir, bersikap dan
bertindak secara keseluruhan dari watak asasi kader HMI terumus dalam bentuk :
a)
Cenderung kepada kebenaran
b)
Bebas, merdeka dan terbuka
c)
Obyektif, rasional, dan kritis
d)
Progresif dan dinamis
e)
Demokratis, jujur dan adil
TUJUAN HMI
Seperti
yang telah disinggung sebelumnya, tujuan HMI adalah “Terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD HMI). Dari tujuan tersebut dapat
dirumuskan menjadi lima kualitas insan cita, yakni kualitas insan akademis,
kualitas insan pencipta, kualitas insan pengabdi, kualitas insan bernafaskan
Islam, dan kualitas insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat
adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Kualitas
insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh HMI di dalam
pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut
sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 4 AD HMI) adalah sebagai berikut :
1.
Kualitas
Insan Akademis
•
Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas,
berfikir rasional, obyektif, dan kritis.
•
Memiliki kemampuan teoritis, mampu
memformulasikan apa yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan
menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran.
•
Sanggung berdiri sendiri dengan lapangan ilmu
pengetahuan sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis
dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur, mengarah pada
tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan.
2.
Kualitas
Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
•
Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain
yang lebih dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan
bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak dari apa yang
ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu
mencari perbaikan dan pembaharuan.
•
Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif,
insan yang menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat berkembang
dan menentukan bentuk yang indah-indah.
•
Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu
melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
3.
Kualitas
Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
•
Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan
orang banyak atau untuk sesama umat.
•
Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya
hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menajdi
baik.
•
Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang
bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk
kepentingan sesamanya.
4.
Kualitas
Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang ber
nafaskan Islam
•
Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman
pola fikir dan pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi
pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam.
Dengan demikian Islam telah menapasi dan menjiwai karyanya.
•
Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity
personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh
tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya sebagai
warga negara dan dirinya sebagai muslim insan ini telah mengintegrasikan masalah
suksesnya dalam pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat
islam Indonesia dan sebaliknya.
5.
Kualitas
Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
oleh Allah SWT :
•
Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang ber
nafaskan islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhoi oleh Allah SWT.
•
Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang
dari perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan adanya
keberanian moral.
•
Spontan dalam menghadapi tugas, responsip dalam
menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
•
Rasa tanggungjawab, takwa kepada Allah SWT, yang
menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam me wujudkan
masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
•
Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan
dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
•
Percaya pada diri sendiri dan sadar akan
kedudukannya sebagai “khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas
kemanusiaan.
Pada
pokoknya insan cita HMI merupakan “Man of
future” insan pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan
jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang
menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara
kooferatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal type dari hasil
perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta- duta pembantu). Penyuara “Idea of Progress” insan yang
berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur
dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia uang beriman
berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil)
Dari
liam kualitas lima insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam tiga
kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan
kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan
insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang ridhoi Allah SWT.
Yang
dimaksud dengan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT adalah
masyarakat yang menjalankan kehidupannya selalu berlandaskan atas asas keadilan
sehingga tercapai kemakmuran dan dalam perjalanan pencapaian masyarakat adil
makmur tersebut tidak mendobrak aturan Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an
sehingga adil makmur yang dicapai oleh masyarakat meruapak adil makmur yang
dikehendaki oleh Allah SWT. Jadi setiap usaha dalam pencapaian masyarakat adil
makmur harus berpedoman pada ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
FUNGSI DAN PERAN HMI
HMI berfungsi sebagai Organisasi Kader (pasal
8 AD HMI)
HMI
sebagai organisasi kader adalah organisasi mahasiswa yang berorientasikan Islam
yang melakukan perkaderan, dimana seluruh aktivitas yang dilakukan pada
dasarnya merupakan proses kaderisasi, sehingga HMI berfungsi dan hanya selalu
membentuk kader-kader muslim intelektual yang profesional.
HMI berperan sebagai Organisasi Perjuangan (pasal
9 AD HMI)
HMI
berperan sebagai organisasi perjuangan adalah organisasi yang selalu berjuang
melakukan dan membentuk kader bangsa yang muslim, intelektual, dan profesional
dimana outputnya ditujukan untuk
kepentingan bangsa secara keseluruhan, sehingga insan HMI siap dan dapat
bermanfaat bagi seluruh golongan yang ada di masyarakat selama tidak
bertentangan dengan koridor misi HMII
HUBUNGAN MISSION SECARA INTEGRAL
Hubungan
antara asas, tujuan, sifat, status, fungsi dan peran HMI secara integral adalah
dalam pencapaian dan memperjuangkan mission
HMI harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh, dan satu sama lain saling
mempengaruhi, dan menentukan sehingga tidak bisa ditinjau secara parsial.
Dalam diri kader HMI harus :
a)
Senantiasa memperdalam kehidupan rohani agar
menjadi luhur dan bertaqwa pada Allah SWT
b)
Selalu tidak puas dan berkemauan keras untuk
mencari kebenaran, HMI hanya komit pada kebenaran
c)
Jujur pada dirinya dan pada orang lain dan tidak
mengingkari hati nuraninya
d)
Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional jika
berhadapan dengan orang yang berbeda pendirian
e)
Bersikap kritis dan berfikir bebas kreatif.
“TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN
ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG
DIRIDHOI ALLAH SWT”.
Dari
tujuan tersebut jika coba kita pilah menjadi beberapa bagian, yaitu :
- Terbinanya
insan akademis, pencipta, pengabdi.... è
- Yang
bernafaskan Islam...yang diridhoi Allah SWT è
- Dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur... è
Dari
pemilahan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa bagian ke-1 adalah
lingkupan perseorangan/kemahasiswaan, bagian ke-2 adalah lingkupan
ketauhidan/keislaman, dan bagian ke-3 adalah lingkupannya
kebangsaan/ke-Indonesia-an. Oleh karena itu ranah atau ruang gerak dari
organisasi ini adalah Kemahasiswaan, Keislaman, dan kebangsaan.
Kemudian dari ruang gerak tersebut, timbul
sebuah pertanyaan, sebenarnya apa yang mengharuskan kita sebagai kader HMI
untuk senantiasa mengemban tanggungjawab untuk mewujudkan tujuan tersebut?
Jika kita lihat bahwa setiap anggota HMI
memiliki 3 (tiga) status. Status tersebut yaitu 1) anggota HMI adalah seorang
mahasiswa; 2) anggota HMI adalah seorang Islam; 3) anggota HMI adalah warga
Negara Indonesia. Ketiga status tersebut sudah pasti melekat pada setiap
anggota HMI.
Setiap status yang melekat pada diri kita
pastilah mempunyai tanggungjawab yang harus diemban. Seperti misalnya status
sebagai kepala rumah tangga, maka tanggungjawabnya adalah untuk memberikan
perlindungan, nafkah terhadap keluarganya; status orang sebagai guru, maka
mampunyai tanggungjawab untuk memberikan pendidikan; dan lain sebagainya yang
pada intinya status tersebut mempunyai tanggungjawab masing-masing.
Seperti halnya statu yang dimiliki oleh anggota
HMI, ketiga status tersebut memiliki amanah/tanggungjawab yang harus diemban.
Hal ini sudah menjadi konsekuensi logis. Sebagai seorang mahasiswa maka
mempunyai kewajiban untuk senantiasa menggunakan keintelektualannya untuk
menegakkan kebenaran, mengabdi kepada masyarakat, dan membela kaum yang
tertindas. Sebagai seorang Indonesia maka mempunyai kewajiban untuk mewujudkan
cita-cita Negara, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan masyarakat
adil dan makmur (memusnahkan ketertindasan). Begitu pula sebagai seorang Islam
harus senantiasa menegakkan nilai-nilai kebanaran Islam untuk mendapatkan ridho
Illahi.
Maka dari itu mengapa tujuan HMI harus
senantiasa diperjuangkan oleh kader-kader HMI. Karena hal itu sejalan dengan
status yang melekat pada diri kita.
Dari pemaparan diatas sebenarnya dapat kita
tarik kesimpulan bahwa mission HMI jika dipadatkan ada 2 hal yang harus diemban
:
- Menegakkan
nilai-nilai Islam
- Membela
kaum-kaum yang tertindas
Dua
hal tersebut mempunyai makna yang luas jika kita mencoba menjabarkannya. Dan
dapat diterapkan pada konteks kontemporer.
Stasus, Fungsi dan Peran
- Status
HMI adalah organisasi mahasiswa
Seorang
mahasiswa adalah seorang yang memiliki tingkat intelektual yang lebih
dibandingkan masyarakat pada umumnya. Selain itu mahasiswa masih punya
kebebasan dalam menyuarakan sesuatu, karena mereka belum terikat dengan suatu
kepentingan apapun. Jiwa mudanya mengarahkan mahasiswa untuk senantiasa progress
dalam menghadapi situasi jaman. Hal itulah yang mengakibatkan mahasiswa
mendapatkan julukan agent of change atau agen-agen perubahan. Dan HMI
membutuhkan sosok-sosok yang berani, intelektual, radikan, untuk meyerukan
perubahan-perubahan, yaitu mahasiswa.
- Fungsi
HMI sebagai organisasi kader
Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi kader berfungsi dan berperan dalam
pembangunan Sumber Daya Manusia melalui olah sikap, nalar, dan perilaku. Proses
pengkaderan HMI dalah menerapkan proses internalisasi nilai-nilai moral dan
kebenaran, baik dalam nilai keislaman, kebangsaan dan kemahasiswaan. Organisasi
ini senantiasa terus berganti dengan pola dibina untuk kemudian membina. Dengan
demikian proses pembelajarannya dapat menyeluruh kepada semua kader. Dan diharapkan
akan terbentuk sosok kader-kader yang memiliki integritas pribadi yang tangguh,
bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, militant, kritis, dan berani untuk melawan.
- Peran
HMI sebagai organisasi perjuangan
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi
perjuangan dalam keberadaannya tidak bisa dilepas dari sejarah perjuangan
bangsa, maka sebagai kelompok cedikiawan, dinamika HMI terkait erat dengan
dinamika bangsa yang berkembang.
Nilai-nilai yang harus hidup ditubuh HMI adalah
sebagai komunitas terdidik yang memiliki kesadaran terhadap dirinya sendiri dan
lingkuang social, bangsa dan agama. HMI harus mampu memberikan warna baru bagi
dunia akademis dan gerakan mahasiswa. Dan perjuangannya adalah untuk senantiasa
untuk mewujudakan tujuan, dan mengawal proses berkembangnya bangsa dan agama.